Gunung Padang Perlu Diteliti
Sejumlah pakar arkeologi menilai perlu penelitian secara mendalam untuk menindaklanjuti temuan tim Katastropik tentang situs Gunung Padang. Penelitian pun perlu melibatkan lintas disiplin keilmuan.
"Penafsiran Tim Katastropik terlalu jauh. Gunung Padang itu produk budaya yang baru ribuan tahun, bukan puluhan ribu tahun," kata Soeroso, mantan Sekretaris Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala saat ditemui dalam Rembug Nasional Situs Gunung Padang di Pusat Arkeologi Nasional, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis 29 Maret 2012.
Mengingat situs ini lebih dari sisi arkeologis, idealnya yang memimpin riset situs gunung ini yakni Pusat Arkeologi Nasional. "Kegiatan Gunung Padang dikembalikan ke substansinya, yakni pusat arkeologi," ujar arkeolog jebolan Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia ini.
Ia juga mengkritik riset situs ini yang tidak teratur. "Selama ini riset ini tidak sinergi, parsial, jalan sendiri-sendiri, sehingga menimbulkan polemik di masyarakat," katanya.
Soeroso menyebutkan bahwa penelitian ini membutuhkan dukungan dari disiplin ilmu geologi, geografi, arsitektur, maupun astronomi. "Kami fokus untuk melakukan kerjasama riset dengan lintas disiplin untuk pecahkan masalah ini," tambahnya.
Sementara itu, menanggapi usulan beberapa ahli arkeologi tersebut, Kepala Pusat Arkeologi Nasional, Bambang Sulistyanto, mengatakan susah untuk menyatukan perbedaan pendapat masing-masing pihak.
"Karena masing-masing kukuh dengan pendapatnya," katanya.
Namun ia optimis jika dengan pembuktian secara ilmiah, pendapat yang kuat akan terbukti. "Dengan itu nanti bisa terjawab," ujarnya.
"Penafsiran Tim Katastropik terlalu jauh. Gunung Padang itu produk budaya yang baru ribuan tahun, bukan puluhan ribu tahun," kata Soeroso, mantan Sekretaris Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala saat ditemui dalam Rembug Nasional Situs Gunung Padang di Pusat Arkeologi Nasional, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis 29 Maret 2012.
Mengingat situs ini lebih dari sisi arkeologis, idealnya yang memimpin riset situs gunung ini yakni Pusat Arkeologi Nasional. "Kegiatan Gunung Padang dikembalikan ke substansinya, yakni pusat arkeologi," ujar arkeolog jebolan Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia ini.
Ia juga mengkritik riset situs ini yang tidak teratur. "Selama ini riset ini tidak sinergi, parsial, jalan sendiri-sendiri, sehingga menimbulkan polemik di masyarakat," katanya.
Soeroso menyebutkan bahwa penelitian ini membutuhkan dukungan dari disiplin ilmu geologi, geografi, arsitektur, maupun astronomi. "Kami fokus untuk melakukan kerjasama riset dengan lintas disiplin untuk pecahkan masalah ini," tambahnya.
Sementara itu, menanggapi usulan beberapa ahli arkeologi tersebut, Kepala Pusat Arkeologi Nasional, Bambang Sulistyanto, mengatakan susah untuk menyatukan perbedaan pendapat masing-masing pihak.
"Karena masing-masing kukuh dengan pendapatnya," katanya.
Namun ia optimis jika dengan pembuktian secara ilmiah, pendapat yang kuat akan terbukti. "Dengan itu nanti bisa terjawab," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar