Hacktivist Lebih Bahaya Dari Penjahat Cyber?
Sebuah studi tentang insiden keamanan signifikan menunjukkan, aktivis-peretas atau hacktivist mencuri lebih banyak data dari perusahaan-perusahaan besar ketimbang penjahat cyber sepanjang tahun 2011.
Seperti dilansir BBC, 22 Maret 2012, analisis tahunan mengenai pelanggaran data oleh Verizon mengungkapkan, serangan-serangan bermotif politik oleh hacktivist mengalami peningkatan besar.
Verizon menemukan, 58 persen dari total pencurian data pada tahun 2011 dilakukan oleh hacktivist. Serangan dari hacktivist disebut lebih sulit ditangani karena strategi serangan mereka juga jauh lebih sulit diprediksi.
Verizon mencatat ada 855 insiden di seluruh dunia di mana sebanyak 174 data telah dicuri. “Aktivitas hacktivist sudah ada sejak beberapa waktu lalu. Tapi pada tahun 2011 mereka lebih banyak mencuri data dari perusahaan,” kata Direktur Penelitian dan Intelijen di Verizon, John Baker.
Serangan hacktivist dipelopori oleh kelompok hacker Anonymous. Para aktivis ini mencetak sejumlah kesuksesan besar dengan membobol situs dan mencuri data dalam jumlah besar dari berbagai perusahaan swasta dan instansi pemerintah.
“Pencurian data menjadi sebuah mekanisme untuk protes politik,” ujar Baker. Ia menambahkan, sulit untuk mengembangkan pertahanan spesifik terhadap serangan-serangan hacktivist karena mereka menggunakan taktik dan teknik yang dirancang khusus untuk tiap-tiap serangan.
Baker mengatakan, serangan oleh hacktivist tidak terlalu umum dijumpai. Tapi sekali mereka menembus pertahanan suatu situs, maka mereka akan menjaring data dalam jumlah besar.
Selain hacktivist, ada kelompok pencuri cyber lainnya yang mencuri data untuk tujuan berbeda. Mereka adalah kelompok penjahat terorganisir yang mencuri data untuk digunakan kembali atau dijual guna melakukan kejahatan lain. Sekitar 35 persen data perusahaan besar bobol dicuri oleh kelompok ini.
Baker menyatakan, penjahat cyber akan terus menjadi ancaman serius untuk perusahaan-perusahaan besar. Pertahanan internet dari perusahaan-perusahaan itu terus-menerus digempur untuk dicari-cari kelemahannya. Serangan-serangan macam ini akhirnya cenderung menjadi oportunis sehingga penjahat cyber memanfaatkan setiap celah dan kelemahan yang mereka temukan.
Oleh karena itu Baker mengingatkan, seluruh perusahaan memiliki pekerjaan rumah besar untuk memastikan jaringan internet mereka aman dari serangan penjahat cyber maupun hacktivist.
“Kemampuan mendeteksi pelanggaran cyber di berbagai tingkatan masih sangat menyedihkan. Padahal pencurian data dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sejumlah perusahaan,” kata Baker.
Seperti dilansir BBC, 22 Maret 2012, analisis tahunan mengenai pelanggaran data oleh Verizon mengungkapkan, serangan-serangan bermotif politik oleh hacktivist mengalami peningkatan besar.
Verizon menemukan, 58 persen dari total pencurian data pada tahun 2011 dilakukan oleh hacktivist. Serangan dari hacktivist disebut lebih sulit ditangani karena strategi serangan mereka juga jauh lebih sulit diprediksi.
Verizon mencatat ada 855 insiden di seluruh dunia di mana sebanyak 174 data telah dicuri. “Aktivitas hacktivist sudah ada sejak beberapa waktu lalu. Tapi pada tahun 2011 mereka lebih banyak mencuri data dari perusahaan,” kata Direktur Penelitian dan Intelijen di Verizon, John Baker.
Serangan hacktivist dipelopori oleh kelompok hacker Anonymous. Para aktivis ini mencetak sejumlah kesuksesan besar dengan membobol situs dan mencuri data dalam jumlah besar dari berbagai perusahaan swasta dan instansi pemerintah.
“Pencurian data menjadi sebuah mekanisme untuk protes politik,” ujar Baker. Ia menambahkan, sulit untuk mengembangkan pertahanan spesifik terhadap serangan-serangan hacktivist karena mereka menggunakan taktik dan teknik yang dirancang khusus untuk tiap-tiap serangan.
Baker mengatakan, serangan oleh hacktivist tidak terlalu umum dijumpai. Tapi sekali mereka menembus pertahanan suatu situs, maka mereka akan menjaring data dalam jumlah besar.
Selain hacktivist, ada kelompok pencuri cyber lainnya yang mencuri data untuk tujuan berbeda. Mereka adalah kelompok penjahat terorganisir yang mencuri data untuk digunakan kembali atau dijual guna melakukan kejahatan lain. Sekitar 35 persen data perusahaan besar bobol dicuri oleh kelompok ini.
Baker menyatakan, penjahat cyber akan terus menjadi ancaman serius untuk perusahaan-perusahaan besar. Pertahanan internet dari perusahaan-perusahaan itu terus-menerus digempur untuk dicari-cari kelemahannya. Serangan-serangan macam ini akhirnya cenderung menjadi oportunis sehingga penjahat cyber memanfaatkan setiap celah dan kelemahan yang mereka temukan.
Oleh karena itu Baker mengingatkan, seluruh perusahaan memiliki pekerjaan rumah besar untuk memastikan jaringan internet mereka aman dari serangan penjahat cyber maupun hacktivist.
“Kemampuan mendeteksi pelanggaran cyber di berbagai tingkatan masih sangat menyedihkan. Padahal pencurian data dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sejumlah perusahaan,” kata Baker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar